![]() |
Rancangan Kandang Ayam Petelur |
Sebelum bisnis ayam petelur
dimulai terlebih dahulu harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan.
Beberapa tahapan yang harus dilalui antara lain memahami usaha, menyiapkan
modal, menentukan skala usaha, mempersiapkan tenaga kerja, sapronak dan kandang.
A. Memahami Usaha
Sebelum memulai usaha ayam petelur, sebaiknya kita
mengerti dahulu bagaimana bisnis tersebut bisa dijalankan, tantangan, peluang,
bagaimana menjalankannya termasuk resiko yang akan dihadapi karena bisnis ayam
petelur adalah bisnis mahluk hidup yang sangat rentan terhadap faktor lain
seperti kondisi pasar, penyakit, cuaca, kondisi harga dan lain sebagainya.
Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan belajar mengenai ayam petelur dari peternak yang sudah
jalan paling tidak lebih dari 5 tahun sehingga sudah memahami “suka duka
berbisnis ayam petelur baik dikala untung maupun dikala rugi sehingga nantinya
minimal bisa mengantisipasi jika sesuatu yang buruk terjadi. Pengenalan
terhadap pasar juga penting di lakukan. Jangan sampai kita sudah memulai produksi
tapi tidak tau harus memasarkanya kemana.
Manajemen pemeliharaan juga
tidak kalah pentingnya. Manajemen pemeliharaan mempengaruhi lebih dari 60%
keberhasilan bisnis ayam petelur. Untuk itu, kita harus belajar dulu atau
minimal punya standar acuan dalam melaksanakan pemeliharaan baik itu berasal
dari buku, internet dll, atau bisa magang/belajar dari peternak yang
berpengalaman. Paling tidak teorinya kita pegang, kalaupun nanti menggunakan
tenaga kerja yang sudah terampil setidaknya kita tidak bisa dibohongi atau
ditipu pekerja bahkan bisa memberi masukan yang mungkin berharga.
B. Menyiapkan Modal
Modal dari sudut pandang
adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan
tenaga kerja serta pengelolaan yang dapat menghasilkan barang baru. Modal dapat
berupa materi seperti uang, tanah, dll. maupun potensi pribadi (SDM) seperti
keberanian, ketrampilan, kejujuran dll. Modal dalam yang berupa uang sangat
penting untuk menjalankan bisnis pullet, sebab untuk memulai usaha ini membutuhkan
modal yang cukup besar.
Modal dalam pengertian
sehari-hari adalahsejumlah uang yang perlu dimiliki sebagai langkah awal
berusaha. Besarnya uang tergantung pada skala usaha, jenis usaha, serta
ketersediaan barang dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan bisnis
tersebut. Modal untuk bisnis pullet terdiri atas:
§
Modal
investasi yaitu penyediaan sarana usaha yang bersifat fisik seperti sewa tanah,
pembuatan kandang, perizinan dll.
§
Modal kerja
yaitu modal yang digunakan untuk membiayai semua kegiatan usaha, seperti
pembelian DOC, pakan, obat dll.
Beberapa langkah yang harus
ditempuh untuk melaksanakan manajemen keuangan dan permodalan adalah sebagai
berikut:
1) Sebelum melaksanakan
kegiatan, ada baiknya dilakukan analisis pembiayaan atau permodalan yang
mencakup modal investasi dan modal kerja.
2) Setelah besarnya modal
diketahui, besar modal yang sudah tersedia bisa dinilai. Misalkan, tanah dan
kandang sudah tersedia tentunya hal tersebut akan mengurangi jumlah modal yang
harus disediakan.
3) Semua bentuk aset yang
dimiliki bisa dihitung (termasuk dana segar yang dimiliki). Kemudian, dihitung
berapa kekurangan modal yang dibutuhkan atau melaksanakan bisnis sesuai dengan
kemampuan modal yang tersedia.
Modal dapat diperoleh dengan
cara, masing-masing
memiliki keunggulan maupun kekurangannya terutama dilihat dari sesikonya. Cara
memperoleh modal tersebut antara lain:
a. Modal pribadi
Yaitu modal yang digunakan
untuk usaha peternakan seluruhnya berasal dari peternak. Resiko dari
usaha ini ditanggung sepenuhnya oleh pribadi.
b. Modal pinjaman (bisa dari
bank maupun lainnya)
Bank merupakan lembaga
keuangan yang bisa memberikan bantuan modal dalam bentuk kredit dengan bunga
tertentu. Madal ini dapat digunakan untuk memulai usaha atau mengembangkan
usaha yang telah ada. Untuk menandapatkan pinjaman peternak biasanya mengajukan
pinjaman ke bank-bank dengan syarat tertentu dan mengikuti aturan harus yang
ditetapkan
c. Modal patungan
Yaitu modal yang diperoleh
dengan patungan antara dua orang atau lebih untuk mendirikan atau melaksanakan
usaha peternakan. Keuntungan dari sistem permodalan seperti ini adalah resiko
dapat ditanggung bersama sehingga mungkin terasa lebih ringan
d. Melibatkan beberapa penanam
modal
Biasanya sistem ini lebih
benyak dipakai karena menguntungka kedua belah pihak. Dengan sistem ini
pemilik modal tidak perlu susah payah memikirkan atau melaksanakan usaha namun
pemilik bisa menarik keuntungan sesuai perjanjian yang telah disepakati dan pengusaha
dapat memulai usaha dengan modal dari investor tersebut.
Biaya yang dikeluarkan
pemeliharaan ayam petelur sampai dengan dari DOC sampai dengan Pullet per 1.000
ekor sampai umur 13 minggu dapat dilihat pada tabel. Umur 13 Pullet dapat di
jual. Jika akan diteruskan sampai berproduksi berarti biaya/modal yang dibutuhkan
akan lebih banyak, paling tidak sampai ayam berproduksi telur 60%. Jika sudah
berproduksi 60%, biaya pemeliharaan sudah tercover dari
produksi atau penjualan telur. Perkiraan biaya yang dibutuhkan sampai ayam
berproduksi adalah Rp66.000.000 per 1.000 ekor atau Rp66.000 per ekor, itu
belum termasuk investasi kandang dan peralatan sebesar Rp50.000.000 per 1.000
ekor.
Biaya pemeliharaan ayam petelur dari DOC sampai
Pullet 13 minggu per 1.000 ekor
No
|
Pengeluaran
|
Volume
|
Satuan
|
Jumlah
(Rp.)
|
1
|
Pembelian DOC grade 1
|
1.000
|
Ekor
|
8.000.000
|
2
|
Pembelian Pakan
|
3.900
|
Kg
|
24.090.000
|
3
|
Penyusutan Kandang
|
1
|
Periode
|
400.000
|
4
|
Penyusutan Peralatan
|
1
|
Periode
|
200.000
|
5
|
Biaya OVK
|
1.000
|
Ekor
|
2.000.000
|
6
|
Biaya Operasional (sekam, gas dll)
|
1.000
|
Ekor
|
3.500.000
|
Total
|
38.190.000
|
|||
Biaya/ekor dg mortalitas
2%
|
38.969
|
Sumber: berbagai sumber, 2012
C. Menentukan Skala Usaha
Menentukan skala usaha
berarti menentukan berapa ekor ayam yang akan dipelihara agar bisnis bisa
berjalan secara kontinyu dan menguntungkan. Beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menjalankan bisnis pullet antara lain:
1. Modal yang tersedia
Jumlah ternak yang akan
dipelihara tergantung dari besarnya modal yang dimiliki. Semakin besar modal
(uang) semakin banyak pula ayam yang dapat dipelihara asalkan faktor-faktor
lain mendukung. Sebaliknya, semakin kecil modal, jumlah ayam jantan yang dapat dipelihara
juga semakin sedikit. Modal untuk beternak ayam jantan digunakan untuk modal
investasi dan modal kerja.
2. Ketersediaan lahan
Jika menghendaki beternak
dengan kandang pribadi, maka perlu membangun kandang terlebih dahulu. Untuk
kandang Pullet dengan kepadatan kandang 12 ekor per meter persegi (1:12), maka
untuk pemeliharaan 1.000 ekor pullet membutuhkan lahan untuk kandang seluas
1.000/12 = 83,33 m2 atau + 84 m2. Jika kandang tingkat 2, maka luas tiap lantai
adalah 42 m2. Namun, perlu dibangun
pula mess karyawan (anak kandang), gudang pakan, tempat mencuci tempat pakan
dan minum serta peralatan pakan, saluran drainase, dan gudang tempat
penyimpanan alat.
Selain kandang pembesaran,
kandang ayam petelur periode produksi juga perlu disiapkan. Kebutuhan kandang
ayam petelur periode produksi kurang lebih + 166 m2per 1.000 ekor. atau kurang
lebih + 180 m2 dengan gudang pakan dan mes karyawan. Jika kita
memulai ayam petelur dengan membeli pullet (tidak memelihara sendiri dari DOC)
lahan untuk pembuatan kandang pemeliharaan pullet tidak diperlukan.
3. Kapasitas kandang dan
perlengkapan
Jika kandang sudah
tersedia, kapasitas kandang dan jumlah perlengkapan menentukan skala usaha.
Misalkan, luas kandang adalah 100 m2 maka populasi pullet maksimal adalah 100x12
ekor = 1.200 ekor dengan catatan jumlah peralat mencukupi sesuai standar
penggunaannya.
4. Efisiensi biaya produksi
Efisiensi produksi terkait
dengan jumlah tenaga kerja dan penggunaan bahan bakar pemanas. Misalkan, untuk
memelihara pullet 1.000 ekor sebenarnya belum memerlukan tenaga kerja tetapi
cukup dikerjakan sendiri. Idealnya 1 orang tenaga kerja mampu menangani 3.000
ekor.
5. Kebutuhan atau permintaan
pasar
Pasar merupakan faktor
penting dalam menentukan skala usaha. Percuma memelihara ayam petelur dalam
jumlah besar jika tidak bisa hasil produksi tidak bisa dipasarkan. Peliharalah
ayam petelur sesui dengan kapasitas pasar atau kemampuan memasarkan. Suplay
yang melebihi permintaan dapat mengakibatkan harga jatuh dan itu berarti
kerugian bagi peternak. Maka dari itu, sebelum beternak terlebih dahulu
dilakukan survey pasar. Mulailah dari jumlah yang kecil dahulu untuk kemudian
bisa ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan pasar.
Selanjutnya setelah
segalanya tersedia, terakhir adalah menyiapkan tenaga kerja untuk mengelola
peternakan ayam petelur kita. Kriteria yang ditetapkan sebagai pekerja kandang
tidak perlu terlalu tinggi. Hal terpenting yang harus dimiliki oleh calon
pekera kandang adalah sikap tekun, jujur, dan berkomitmen pada pekerjaan.
Meskipun tenaga kerja yang direkrut bukan merupakan orang yang mempunyai
kecerdasan IQ tinggi dan berpengalaman beternak ayam, namun dengan ketekunan
yang dimiliki diharapkan pekerja tersebut mau belajar maupun mengikuti
instruksi peternak. Sifat jujur sangat diperlukan karena karyawan tersebut
tidak mungkin diawasi secara penuh 24 jam. Komitmen terhadap pekerjaan juga
diperlukan mengingat kegiatan pemeliharaan memerlukan waktu, tanggungjawab dan
kedisiplinan.
(sumber: http://www.ternakpertama.com)
No comments:
Write komentar